Hive Five News – Ketidakpastian global yang terus berlanjut, mulai dari perang dagang Amerika Serikat–China, fluktuasi harga komoditas, hingga kenaikan suku bunga di berbagai negara, telah mengguncang kestabilan perekonomian dunia. Dampaknya kini mulai terasa kuat di dalam negeri. Sektor bisnis, terutama usaha kecil dan menengah (UKM), menghadapi tantangan serius dalam mempertahankan kelangsungan usaha.
Menurut laporan Kompas, 9 April 2025, sejumlah pengusaha mengeluhkan menurunnya daya beli masyarakat dan tingginya biaya produksi akibat melemahnya nilai tukar rupiah serta meningkatnya tarif bahan baku impor. Selain itu, instabilitas harga komoditas utama seperti CPO, nikel, dan batu bara juga berdampak pada sektor industri dan penerimaan negara.
Tekanan dari Luar dan Dalam Negeri
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, mengatakan bahwa dampak dari ketegangan dagang AS–China sangat mempengaruhi pasar ekspor Indonesia.
“Ekspor kita ke AS dan China menurun signifikan. Kalau ekonomi dua negara besar itu terganggu, kita pasti terdampak. Harga komoditas juga ikut melemah,” jelas Tauhid, dikutip dari detikFinance, 9 April 2025.
Lesunya permintaan global turut mendorong penurunan harga ekspor, yang otomatis berpengaruh terhadap penerimaan negara dan arus kas pelaku usaha.
Pasar Modal dan Investasi Tertekan
Kondisi perekonomian yang tidak stabil juga menyebabkan ketidakpastian di pasar modal, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan cukup dalam. Investor cenderung mengambil langkah aman, mengalihkan dana ke instrumen yang lebih konservatif. Hal ini memperlambat aliran investasi ke sektor riil.
Tak hanya itu, pelaku industri rintisan (startup) dan perusahaan teknologi mulai terdampak oleh penurunan nilai valuasi dan pengurangan pendanaan, baik dari investor dalam negeri maupun luar negeri.
Respons Pemerintah
Di tengah tekanan tersebut, pemerintah berupaya memperkuat fondasi ekonomi melalui kebijakan fiskal dan insentif bagi dunia usaha. Presiden Prabowo Subianto juga mengimbau para pelaku usaha untuk tetap taat pajak dan menjalankan bisnis secara transparan.
“Bayar pajak yang benar. Jangan lagi pelihara dua atau tiga buku keuangan. Kita ingin negara ini sehat secara fiskal,” kata Prabowo dalam Sarasehan Ekonomi, dikutip dari CNN Indonesia, 9 April 2025.
Pemerintah juga berencana menghapus kuota impor untuk barang kebutuhan pokok demi menjaga stabilitas pasokan dan harga di pasar domestik.
Peran Strategis Konsultan dan Legal Support
Di tengah ketidakpastian ini, para pelaku usaha didorong untuk memperkuat struktur hukum dan perizinan bisnis mereka agar dapat tetap bertahan dan berkembang secara berkelanjutan. Layanan pendampingan profesional seperti yang disediakan oleh Hive Five menjadi semakin relevan. Dari pengurusan legalitas, pendaftaran merek, hingga pendirian badan usaha, pelaku bisnis membutuhkan dukungan yang cepat, aman, dan terpercaya.
Penutup
Guncangan ekonomi global dan regional memang tak terelakkan. Namun, dengan strategi yang tepat, kepatuhan regulasi, dan pemanfaatan layanan pendukung yang andal, pelaku usaha Indonesia masih memiliki peluang untuk bertahan bahkan tumbuh di tengah ketidakpastian.